Untuk mengembalikan jati diri kita sebagai makhluk yang religius, selaras dan serasi dengan dunia batin dan dunia lahir, atau alam semesta metafisik dan fisik sehingga nanti kita mendapatkan anugerah dari Tuhan berupa rasa dekat, rasa tenang, tenteram, sumeleh dan sumarah, polos, jujur, apa adanya serta bebas dari belenggu problem yang menghimpit maka para leluhur menyarankan agar kita melakoni PATIGENI. Yaitu laku/amalan tidak menggunakan “geni” atau api selama tiga hari. Laku PATIGENI memiliki falsafah yang sangat mendalam. Yaitu mematikan unsur API di dalam tubuh metafisik/psikis/badan astral dan fisik kita. Unsur API adalah unsur Iblis yang membawa manusia pada nafsu-nafsu negatif seperti amarah, benci, iri, dengki, ingin memiliki dan menguasai, mengalahkan, menaklukkan, bahkan membunuh.
Laku patigeni lebih terasa khusyuk dan meditatif kalau kita lakukan di tempat-tempat yang sunyi dan sepi. Misalnya di dalam gua yang benar-benar gelap tidak ada cahaya yang masuk. Atau di dalam kamar yang sangat gelap hingga tidak ada cahaya yang menerobos ke dalamnya. Sebelum melakukan patigeni, kita diminta untuk mandi hingga bersih dan memakai pakaian yang bersih. Akan lebih baik bila kita mandi dengan air kembang setaman dan ditambah dengan wewangian yang semerbak. Niat juga ditata untuk melakukan pembersihan diri.
Selanjutnya, mulai untuk memasuki kamar atau gua yang telah dipilih sebelumnya. Seluruh lampu/cahaya yang masih ada dimatikan. Kita berada di dalam gelap seperti di alam suwung dan tidak melakukan aktivitas apapun selama tiga hari tiga malam. Tidak makan dan tidak minum. Posisi badan duduk semedi, kalau capek bisa bersandar atau dalam posisi berbaring.
Selanjutnya bacalah rapal yang ada di awal kalimat tadi…..
Niat ingsun patigeni
Asirep rapet maring geni lan sinar
Aku bali maring pepeteng
Kadyo purwaning dumadi mring alam luwung
Sajroning guwo garbaning sang ibu
Sedulur papat limo pancer
Tumekaning sang jabang bayine
kakang kawah adi ari-ari,
kiblat papat limo pancer
Nyawiji mring ngarsane Gusti
Niatku patigeni
Asirep rapet maring geni lan sinar
Aku bali maring pepeteng
Kadyo purwaning dumadi mring alam luwung
Sajroning guwo garbaning sang ibu
Sedulur papat limo pancer
Tumekaning sang jabang bayine
kakang kawah adi ari-ari,
kiblat papat limo pancer
Nyawiji mring ngarsane Gusti
Niatku patigeni
Fokus pikiran hanya tertuju pada Tuhan Yang Maha Esa. Mengamati jalan masuk dan keluarnya nafas. Saat menarik nafas katakan Hu dalam hati.. saat mengeluarkan nafas mengatakan Allah. Tiga hari tiga malam, misalnya dimulai pada jam 00.00 WIB dan tiga hari kemudian tepat pukul 00.00 WIB laku itu dihentikan. Selama itu, kita hanya manembah kepada Gusti Allah. Tidak berkomunikasi dengan siapapun kecuali dengan DIRI SEJATI yang terletak di dalam lapisan diri yang paling dalam. Di sanalah nanti kita nanti akan merasakan PANCARAN DIRI TUHAN KE DALAM DIRI MANUSIA.
Apabila dilakukan dengan ikhlas, pasrah dan sumeleh tidak mengharapkan atau mentargetkan apa-apa, maka kita akan benar-benar merasakan seluruh diri kita adalah bagian dari eksistensi Gusti Allah. Petunjuk-Nya yang jelas akan kita dapatkan sehingga kita mampu selalu BERKOMUNIKASI dengan-Nya dimanapun kita berada.
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Di Mustika Kembar
Judul Artikel : Lelaku Patigeni
Diterbitkan Oleh : Mustika Kembar
Artikel ini di patenkan pada myfreecopyright, apabila mengutip tanpa memberikan link balik pada artikel ini,akan di proses secara DMCA Takedown yang tentunya akan berakibat tidak baik pada blog saudara.
Anda dipersilakan copy paste artikel dengan mencantumkan url sumber di bawah ini :
Subscribe via RSS Feed by Mustika Kembar Indonesia
Diterbitkan Oleh : Mustika Kembar
Artikel ini di patenkan pada myfreecopyright, apabila mengutip tanpa memberikan link balik pada artikel ini,akan di proses secara DMCA Takedown yang tentunya akan berakibat tidak baik pada blog saudara.
Anda dipersilakan copy paste artikel dengan mencantumkan url sumber di bawah ini :
Subscribe via RSS Feed by Mustika Kembar Indonesia